Kabupaten 50 Kota,
SumutGlobalNews.Com
Intensitas curah hujan yang tinggi dalam beberapa pekan ini, mengakibatkan banjir yang melanda di beberapa titik daerah di Kabupaten Limapuluh (Sumatra Barat)Selasa 14 mei 2024.
Banyaknya Daerah yang terdampak banjir di kabupaten 50 kota,paling parah dalam pantauan media terdapat di Nagari suliki, Tarantang, Sarilamak, Taram, Balai Panjang dan beberapa daerah lainnya yang ada di kabupaten 50 kota.
Akibat Banjir yang merendam pemukiman rumah warga, hingga mengakibatkan warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan membuat tenda-tenda darurat.
Saat Sebelum Bupati kabupaten 50 kota bertolak ke Solo, menghadiri HUT Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dan HUT HKG PKK yang sudah teragenda sejak jauh-jauh hari sebelumnya, Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo, dalam beberapa hari ini, sudah menunaikan tugas-tugas kepala daerah yang terkait dengan penanganan bencana alam.
Safaruddin Dt Bandaro Rajo, Dalam memberikan keterangannya Selaku bupati, saya sangat peduli dan langsung turun ke lapangan jika terjadi bencana, dan memerintahkan Kalaksa BPPBD. turun dan sigap mengambil langkah penanggulangan segera, Memerintahkan Camat di wilayahnya yang terkait mengalami bencana. segera carikan solusi dan di tangani dengan cepat.
Menetapkan status tanggap darurat atas bencana alam di Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Sampai sekarang, status tanggap darurat itu masih berjalan. Sehingga dengan penetapan status tersebut, Balai Wilayah Sungai (BWS) V Sumatera, dapat menormalisasi Sungai Batang Sandir (Batang Ayiah Pondam, Batang Ayiah Longkatan, Batang Ayiah Gontiang, Batang Ayiah Ampolu) yang sudah berkali-kali meluap.
Banjir bandang disertai lahar dingin Gunung Marapi, sehingga memutus jembatan penghubung di dua jorong. memutus bendungan irigasi, merusak areal pertanian, dan merendam permukiman warga.
Bupati Safaruddin juga telah menginstruksikan BPBD Limapuluh Kota, melakukan tanggap darurat penanganan bencana longsor di Kecamatan Suliki. Bahkan di Nagari Kurai, Kecamatan Suliki, Bupati meminta BBPD, mendirikan tenda darurat utk penanganan dampak longsor ini.
Bersama Forkopimda Limapuluh Kota, berkordinasi langsung dengan Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Barat, untuk menangani tiga titik longsor, di Jalan Nasional Sumbar-Riau, Minggu malam tanggal, 12/5/2024. Sehingga dengan koordinasi itu, akses Sumbar ke Riau yang sempat lumpuh selama beberapa jam, telah pulih kembali pada Minggu dini hari Senin 13/5/2024.
Bupati juga telah menugaskan BPBD Limapuluh Kota dan dinas terkait, menangani dampak banjir dan longsor pada sejumlah nagari lainnya di Kecamatan Harau, Kecamatan Guguak, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kecamatan Suliki, Kecamatan Akabiluru, Kecamatan Gunuang Omeh. Sampai Selasahari ini.
BPBD Limapuluh Kota berkordinasi dengan seluruh stakholders terkait, masih melakukan penanganan bencana banjir dan longsor.
Demikian, dalam upaya-upaya yang sudah dilakukan Bupati Safaruddin Dt Bandaro Rajo, dalam penanganan bencana alam. banjir dan longsor dalam beberapa hari terakhir, Yang terpantau langsung di lapangan.
Dan juga terpantau pula lewat pemberitaan media-massa. Karena itu, sebagai bagian dari masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota, kami sangat mengapresiasi upaya-upaya penanganan bencana alam yang sudah dilakukan Bupati Safaruddin Dt Bandaro Rajo, bersama BPBD, dan jajaran Pemkab Limapuluh Kota, termasuk TNI-Polri dan stakholders terkait.
Bupati juga menghimbau dan berharap, dalam kondisi bencana alam yang ektrim seperti sekarang ini, bagi warga kabupaten 50 kota untuk berhati hati dan siap siaga. Karena fenomena banjir dan longsor yang terjadi pada hampir seluruh daerah di Sumatera Barat, sebenarnya bukan lagi masalah lokal, tapi sudah skala global. Terkait dengan anomali iklim. Apalagi, kita berada di garis khatulistiwa.
Kemudian, penanganan bencana ini, juga tidak bisa mengandalkan bupati saja, tapi juga perlu peran kita bersama- sama, maupun DPRD dari sisi komitmen penganggaran tanggap darurat bencana dan logistik-logistik yang dibutuhkan untuk penanganan bencana alam. Seperti ketersediaan operasional petugas penanganan bencana dari tingkat kabupaten sampai kecamatan, ketersediaan jembatan (jembatan darurat) mengingat Limapuluh Kota rawan bencana, dan ketersedian bahan pangan untuk masyarakat terdampak bencana alam yang ada di kabupaten ini.
Penanganan banjir dan longsor, tidak bisa saat kejadian saja, tapi mesti ada pula penanganan jangka panjang. Misalnya, dengan melakukan perbaikan ekosistem dan ekologi yang terpatri dalam RPJMD dan RPJPD.
(Penulis:muhammad darul dan indra,dkk)